16 Agustus 2009

kemerdekaan

logo-resmi-hut-ri-ke-64Dengan semangat proklamasi kemerdekaan Kumitir mengajak para Sutrisno Budaya untuk lebih memperat tali persaudaraan dalam rangka membangun Nusantara yang tercinta, jangan pernah ada lagi pertengkaran dan saling mencurigai antar sesama Saudara sendiri hingga mengakibatkan Cerai berai dan tidak ada kerukunan diantara kita warga negara yang multi suku dan budaya. Jangan pernah luntur dan harus kita tanamkan pada diri kita sendiri keluarga serta anak turun kita yaitu rasa persatuan dan kesatuan bangsa, yang merupakan salah satu pesan yang telah diamanatkan para pendahulu kita melalui : Sumpah Pemuda, Undang-undang Dasar 45, dan Dasar Negara kita Panca Sila.

Apakah semua pesan para leluhur kita sudah kita laksanakan semuanya oleh para pewaris kemerdekaan di negeri ini? Yaitu “Masyarakat yang Adil dan Makmur”? Jawabannya tidak perlu saya utarakan di sini…… para sutrisna budaya sudah punya jawabannya.

Sebentar lagi bangsa Indonesia akan merayakan ulang tahun kemerdekaan negara kita tercinta Republik Indonesia. Marilah kita sejenak merenung dan mengenang masa silam yang dialami oleh nenek moyang kita, betapa mereka menderita hidup dalam belenggu para penjajah, betapa banyak darah para pahlawan yang tumpah di bumi pertiwi ini demi membela tanah air untuk kesejahteraan anak cucunya di hari yang akan datang. Sunguh tercela jika kita sebagai pewaris kemerdekaan menyia-nyiakan warisan yang tiada ternilai harganya dan telah dibeli oleh darah, jiwa dan raga para pendahulu kita.

Merdeka ! merdeka…! Dirgahayu Tanah Airku Tercinta.. semoga setelah 64 tahun terlepas dari belenggu penjajah, engkau ke depan mendapat perhatian yang lebih baik dari hari ini dan kemaren dari para pewaris kemerdekaan ini. Wahai para pemimpin bangsa, para generasi penerus bangsa pengemban amanat perjuangan, jalankan amanat yang mulia itu.

Dirgahayu Republik Indonesia ke 64.. semoga tetap jaya.


M I J I L

Sesantine ingkang wus kawijil,
Kang samyo rumaos,
Duk ing nguni ngungak sejarahe,
Bangsa kita rinegem Walandi,
Samu barang sarwi,
Winatesan kukum.

Parentahe tumindak tan adil,
Yen sinangga abot,
Rakyat cilik dadya tunggangane,
Butuhira datan den cukupi,
Nadyan bumi sugih,
Mili wulu wetu.

Para wasis tansah den pepeti,
Binungkem yen ngomong,
Lamun nekat gedhe ukumane,
Ingkang wani kudu ngati-ati,
Sesidheman ndelik,
Mrih wulujengipun.

Kang mangkono rakyat saya sengit,
Ati murub kobong,
mBudi daya mrih dadi luware,
Dadya Bangsa kang merdika jati,
Pangereh negari,
Tunggal bangsanipun.

Panggayuhe kamardikan yekti,
Kanthi gotong royong,
Kantar-kantar murab semangate,
Semboyane merdika pa mati,
Rawe rantas yekti,
Malang-malang putung.

Datan ngetung rina lawan wengi,
sawiji ing batos,
Lanang wadon tuwo anom kabeh,
nDesa kutha sugih lawan miskin,
Rakyat lan pemimpin,
Merdika lengipun.

Karep becik binerkahan Gusti,
Kang Maha Kuwaos,
Kamardikan kasil den rasakke,
Nanging kita kudu tansah eling,
Jinaga lestari,
Nagri adil makmur.

Mula kaki sira kudu eling,
Nulad kang wus klakon,
Semangate Proklamasi mbiyen,
Becik lamun dicakke samangkin,
Samu barang karti,
Kanthi budi luhur.

Tidak ada komentar: